SEJARAH ZIONISME INTERNASIONAL
Zionis
internasional sebagai sebuah institusi atau organisasi internasional. Dia
merupakan salah satu kalau tidak bisa dikatakan salah satu yang paling utama
memerangi al Islam wal Muslimin. Zionisme sebagai sebuah faham dan juga sebagai
institusi atau lembaga atau organisasi internasional, dia memiliki kekuatan
utama pada orang-orang Yahudi. Sehingga dalam organisasi zionisme ini kita akan
temukan bahwa orang Yahudilah yang merupakan inner corr yang merupakan inti
dari organisasi itu. Dan di dalam pembentukannya sesungguhnya organisasi
zionisme ini relatif baru. Kalau kita baca kitab-kitab sejarah, kita akan
temukan bahwa WZO (World Zionism Organization), dia sesungguhnya organisasi
yang barangkali usianya sekitar satu abad lebih. Dia didirikan diakhir abad 19,
dengan tokohnya yang bernama Theodore Hertzhel. Dan perlu diketahui bahwa
gerakan zionisme inter nasional , sebuah gerakan Yahudi yang didirikan dengan
maksud utamanya adalah untuk menghimpun bangsa Yahudi seluruh dunia, dari asal
manapun agar mereka menyatukan kekuatan demi tegaknya negara zionisme., yang
disebut dengan Israel. Dan semenjak mereka mengadakan kongres 1 di Brussel,
Swiss pada akhir abad –19 + tahun 1886 M, maka mereka berjuang keras untuk
menyatukan potensi, menyatukan berbagai jenis kekuatan, baik kekuatan
intelektual, financial, politik dan sebagainya demi tegaknya secara formal
negara zionis Israel. Dan ternyata mereka dengan kesungguhannya betapapun dalam
kebatilan, mereka kemudian mendapatkan buah dari jerih payah mereka pada tahun
1948 dimana kita ketahui akhirnya mereka telah menetapkan bahwa bumi Palestina
itulah sebagai tempat dimana mereka akan mendirikan Israel raya itu.
Hal
ini bukan kebetulan mereka pilih bumi Palestina sebagai sasaran mereka karena
kalau dikaitkan dengan gerakan zionisme ini maka mereka memilih bumi Palestina
karena di dalam bumi Paletina itulah terdapat suatu bukti yang disebut dengan
bukit Zion. Zion merupakan nama sebuah bukit yang terletk di barat day Al-Quds
(Yerusalem). Kaum Yahudi percaya, pada lokasi tersebut, King Solomon (Nabi
Sulaiman a.s.) pernah membangun istananya (haikalnya) dan menyimpan banyak
harta karun di bawah tanah tersebut. Harta tersebut bukan hanya banyak sekali,
namun memiliki daya magis yang sangat besar sehingga mereka percaya akan bisa
menjadi pemimpin dunia jika memilikinya. Dua peneliti Inggris, Knight dan
Lomas, di dalam bukunya “The Hiram Key” menulis bahwa mereka telah menemukan
sisa-sisa penggalian yang dilakukan Templar di salah satu bagian tanah yang
masih masuk dalam markasnya. Apa yang dilakukan para Templar ini terus berjalan
selama berabad-abad hingga sekarang, di mana kaum Zionis-Yahudi terus melakukan
penggalian di lokasi tersebut.
Seiring
dengan perjalanan waktu, istilah ‘Zion’ tidak lagi menjadi nama tempat, namun
juga sebuah nama gerakan bagi orang-orang Yahudi Sekuler untuk mendirikan satu
negara di Tanah Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Nathan Bernbaum
merupakan tokoh Zionis-Yahudi pertama yang ‘menyeret’ istilah yang pada awalnya
netral ini menjadi begitu politis. Pada 1 Mei 1776 Nathan mencetuskan Zionisme
sebagai gerakan politik bangsa Yahudi untuk mendiami kembali tanah Palestina.
Gagasan Bernbaum didukung sejumlah tokoh Yahudi. Salah seorang tokohnya bernama
Yahuda Kalaj yang melemparkan gagasan mendirikan ‘negara Israel’ di tanah
Palestina. Dalam bukunya berjudul “Derishat Zion” (1826), Izvi Hirsch Kalischer
dengan getol mendukung Yahuda Kalaj dan memaparkan kemungkinan-kemungkinannya.
Ide
berawal dari Nathan Bernbaum ini kemudian terus dimasak oleh tokoh-tokoh Yahudi
sehingga menjadi rencana aksi yang matang. Seorang Yahudi Jerman bernama Moses
Hess, menyatakan jika untuk menguasai Palestina, maka kaum Yahudi harus
menggandeng orang-orang Barat dan mempengaruhi mereka untuk mau kembali ke
Palestina setelah kekalahan yang memalukan dari umat Islam yang dipimpin
Salahuddin Al-Ayyubi beberapa abad silam. Gagasan tokoh Yahudi ini akhirnya
mendapat dukungan dari sejumlah tokoh kolonialis Barat merasa memiliki irisan kepentingan
yang sama, yakni untuk menguasai wilayah Arab yang kaya.
Sejak
itu maka mulailah orang-orang Yahudi mengalir ke Palestina dan daerah
sekitarnya. Apalagi keberadaan orang Yahudi di Eropa sesungguhnya tidak disukai
oleh orang-orang Kristen. Pada 1891 sejumlah pengusaha Palestina dengan nada
prihatin mengirim telegram ke Istambul, ibukota kekhalifahan Turki Utsmaniyah
di mana kala itu Tanah palestina merupakan bagian dari kekuasaannya. Dengan
penuh nada cemas, para pengusaha Palestina menyatakan imigrasi orang-orang
Yahudi ke wilayahnya akan benar-benar jadi ancaman jika tidak dihentikan dengan
segera.
Lima
tahun kemudian, terbit buku “Der Judenstaat” (1896) yang ditulis seorang
wartawan Yahudi-Austria bernama Theodore Hertzl. Buku itu secara detil mengajukan
konsep tentang upaya pendirian ‘negara Israel’ di Palestina. Hertzl akhirnya
dinobatkan sebagai ‘Bapak Zionisme Modern’. Strategi perjuangan Yahudi, oleh
Hertzl, secara singkat bisa diungkapkan dalam sebuah kalimat yang singkat namun
penuh arti: “Bila kita tenggelam, kita akan menjadi suatu kelas proletariat
revolusioner, pemanggul ide dari suatu partai revolusioner; bila kita bangkit,
dipastikan akan bangkit juga kekuasaan keuangan kita yang dahsyat.” Sebuah
kalimat yang memiliki arti sangat dalam dan sungguh-sungguh dijalankan oleh
gerakan Zionisme, karena gerakan inilah yang kemudian melahirkan ide komunisme
yang menyatakan sebagai pejuang garda terdepan dalam membebaskan proletariat,
dan juga kapitalisme yang merupakan negasi dari ide komunisme. Dan kaum Zionis
mengambil keuntungan dari pergolakan kedua kutub tersebut.
Dalam
bukunya Hertzl tanpa sungkan menegaskan bahwa untuk mewujudkan satu negara
Yahudi di atas tanah Palestina, maka mustahil dengan cara-cara demokratis.
Bahkan Hertzl memberikan resep jitu agar Tanah Palestina bisa dikuasai Yahudi
yakni dengan jalan memenuhi tanah Palestina dengan orang Yahudi sehingga Yahudi
menjadi mayoritas. Untuk memperkecil populasi orang Palestina maka segala cara
harus dilakukan seperti teror, perang, pembersihan etnis, penyebaran penyakit,
pembukaan lahan kerja di negara tetangga, dan sebagainya. Agar segala yang
dilakukan gerakan Zionisme bisa diterima oleh dunia internasional, maka
tokoh-tokoh Yahudi seluruh dunia harus bisa memaksakan dunia internasional
untuk mensahkan satu undang-undang yang melegitimasi eksistensi Yahudi di
Palestina.
Dalam
bukunya Hertzl menulis, “Kami akan mengeluarkan kaum tidak berduit (maksudnya
bangsa Palestina) dari perbatasan dengan cara membuka lahan-lahan pekerjaan di
negara-negara tetangga, dan bersamaan dengan itu mencegah mereka memperoleh
pekerjaan di negeri kami. Kedua proses itu harus dilakukan secara rahasia.”
Gerakan
ini mengadakan kampanye ke seluruh dunia. Kaum Yahudi mencetak buku-buku yang
kelihatannya ilmiah yang menyatakan jika sebenarnya Tanah Palestina adalah
tanah yang dijanjikan Tuhan kepada bangsa Yahudi. Buku-buku ini disebar ke
seluruh negeri. Bahkan kitab suci orang Kristen pun diberi catatan kaki yang
banyak yang seluruhnya menjadikan ayat-ayat Injil sebagai dukungan bagi
berdirinya negara Israel di Palestina. Scofield adalah orang yang ditugaskan
untuk memberi ribuan catatan kaki pro-Zionistik di dalam Injil versi James yang
menjadi Injilnya orang-orang Barat. Berbagai kelompok kajian alkitab disusupi dan
menjadikan orang-orang Eropa yang tadinya memusuhi Yahudi menjadi kini banyak
yang menjadi pendukung negara Israel.
Di
dalam masa-masa itulah Hertzl menemui Sultan Abdul Hamid II sebagai Khalifah
dari kekhalifahan Turki Utsmaniyah (1876-1909). Dengan segala bujuk rayu,
Hertzl berusaha agar Sultan mengizinkan oarng-orang Yahudi mendirikan negara
Israel di Palestina. Jika Sultan bersedia, maka para pemilik modal Yahudi di
seluruh Eropa akan memulihkan kas keuangan Turki Utsmani yang sedang kosong.
Namun Sultan menolak mentah-mentah hal ini sehingga Zionis-Yahudi menghancurkan
Turki Utsmaniyah lewat seorang agen Yahudi dari Tsalonika bernama Mustafa Kamal
Pasha.
Hertzl
menggelar Kongres Zionis Internasional I di Swiss sebagai upaya penyatuan sikap
tokoh Zionis Dunia. Salah satu hasil kongres berbunyi: “Zionisme bertujuan
untuk membangun sebuah Tanah Air bagi kaum Yahudi di Palestina yang dilindungi
oleh undang-undang.” Theodore Hertzl terpilih sebagai pimpinan gerakan ini dan
menulis dalam buku hariannya, “Kalau saya harus menyimpulkan apa hasil dari
kongres Bassel itu dalam satu kalimat pendek, yang sungguh tidak berani saya
ungkapkan kepada masyarakat, saya akan berkata: ‘Di Bassel saya menciptakan
negara Yahudi!’” Protocolat of Zion yang berisi 24 strategi Zionis-Yahudi
menguasai dunia juga disahkan menjadi agenda bersama.
Selain
menghancurkan kekhalifahan Turki Utsmani, Yahudi Internasional juga bekerja
siang-malam mempersiapkan segala hal untuk bisa mewujudkan cita-citanya. Pada 2
November 1917, Menlu Inggris, Lord Arthur James Balfour, mengirim sebuah surat
yang ditujukan kepada Pemimpin Komunitas Yahudi Inggris, Rothschild, untuk
diteruskan kepada Federasi Zionis, yang berisi pemberitahuan tentang
persetujuan pemerintahan Inggris yang telah menggelar rapat Kabinet tanggal 31
Oktober 1917, atas permintaan bangsa Yahudi untuk bisa mendapatkan tanah
Palestina. Saat itu, sebagian terbesar wilayah Palestina masih berada di bawah
Khilafah Turki Utsmani, hanya saja kekhalifahan ini sudah diambang kehancuran.
Batas-batas yang akan menjadi wilayah Palestina telah dibuat sebagai bagian
dari Persetujuan Sykes-Picot, 16 Mei 1916, antara Inggris dan Prancis.
Kata-kata
Deklarasi ini kemudian digabungkan ke dalam perjanjian damai Sèvres dengan
Turki Utsmani dan Mandat untuk Palestina. Penyebutan Palestina sebagai
satu-satunya nominator tempat berdirinya negara Yahudi sebenarnya memiliki
catatan yang panjang. Awalnya ada sejumlah tempat yang dianggap bisa menjadi
tempat berdirinya negara Yahudi di Afrika dan Amerika Selatan, seperti
Mozambique, Kongo, Afrika, Uganda, bahkan Argentina dicalonkan pada 1897,
Cyprus pada 1901, Sinai pada 1902, dan atas usulan pemerintahan Inggris, Uganda
diusulkan kembali pada 1903.
Penyebutan
tempat-tempat tersebut mendapat tentangan keras dari para Rabbi Yahudi
Konservatif. Apa yang digalang oleh Hertzl dan kelompok Zionisnya dianggap
sebagai gerakan sekularis yang menunggangi agama Yahudi. Bahkan dalam Kongres
Para Rabbi di Philadelphia-AS, pada akhir abad ke-19, salah satu putusannya
adalah menentang adanya satu negara Yahudi yang dipaksakan. Menurut kelompok
Rabbi Konservatif ini, Zionisme merupakan gerakan sekuler yang berlandaskan
Talmud, sebuah kitab iblis, dan bukan Taurat Musa. Bagi para Rabbi, negara
Yahudi akan didirikan pada akhir zaman, yakni ketika Sang Messias Yahudi muncul
dan memimpin orang-orang Yahudi untuk mendirikan negaranya di Palestina. Bagi
kalangan Zionis, berdirinya negara Yahudi tidak harus menunggu kedatangan
Messias di akhir zaman, hal ini malah harus dilakukan secepatnya guna menyambut
datangnya Messias. Inilah titik tolak perbedaan pandangan antara Yahudi Zionis
dengan Yahudi Anti Zionis yang sekarang ini salah satu kelompoknya adalah
Neturei Karta dan juga International Jews Anti Zionist (IJAN).
Dr.
Chaim Weizmann, jurubicara organisasi Zionisme di Inggris dan pendukung utama
Zionisme merupakan seorang pakar kimia yang berhasil mensintesiskan aseton
melalui fermentasi. Aseton diperlukan dalam menghasilkan cordite, bahan
eksplosif yang sangat berguna dalam semua persenjataan Inggris. Jerman
diketahui telah memonopoli ramuan aseton kunci, kalsium asetat. Tanpa kalsium
asetat, Inggris tak bisa menciptakan aseton dan tanpa aseton takkan ada
cordite. Jadi, tanpa cordite, Inggris saat itu mungkin akan kalah dalam Perang
Dunia I. Sebab itu, Inggris sangat berhutang budi pada Yahudi, khususnya kepada
Weismann. Inilah mengapa Inggris begitu mendukung kaum Yahudi untuk mendirikan
negara di Palestina.
Pada
14 Mei 1948 Israel sebagai sebuah negara dideklarasikan dan David Ben Gurion
diangkat sebagai PM pertama. PBB mensahkan negara Israel. Langkah PBB ini
membuktikan kepada dunia jika lembaga internasional tersebut mendukung
penjajahan bangsa Palestina yang dilakukan oleh Zionis Israel. Berdirinya
Israel didahului upaya teror, pembunuhan, dan pengusiran terhadap bangsa
Palestina, pemilik sah atas Tanah Suci tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar