Rabu, 11 Desember 2013

erosi-RUSLE



I.                   PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang berlangsung secara alamiah ataupun akibat tindakan. Di daerah tropic basah seperti Indonesia, erosi adalah salah satu faktor yang cukup dominan dalam menurunkan produktivitas lahan. Mengetahui besarnya erosi baik potensial maupun aktual sangat penting untuk merencanakan pembangunan pertanian dan kegiatan konservasi. Mengukur erosi pada Skala yang luas dengan keadaan yang beragam, selain sangat sulit juga memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Oleh karenanya, prediksi erosi adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengetahui bahaya erosi.
Terjadinya erosi yang dipercepat (accelerated soil erosion) diakui secara luas sebagai suatu permasalahan global yang serius. United Nations Environmental menyatakan bahwa produktivitas lahan seluas ± 20 juta ha setiap tahun mengalami penurunan ke tingkat nol atau menjadi tidak ekonomis disebabkan oleh erosi tanah atau degradasi yang disebabkan oleh erosi. Selanjutnya Burings mengestimasi bahwa telah terjadi annual global loss dari lahan pertanian seluas 3 juta ha tahun-1 yang disebabkan oleh erosi tanah. 
Erosi sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pengelolaan lahan. Oleh karena itu, erosi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaannya. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam perencanaan penggunaan lahan adalah model prediksi erosi. Secara ideal, metode prediksi erosi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang nampaknya bertentangan, yaitu: dapat diandalkan, secara universal dapat dipergunakan, mudah digunakan dengan data yang minimum, konprehensif dalam hal faktor-faktor yang digunakan, dan mempunyai kemampuan untuk mengikuti perubahan-perubahan tata guna lahan dan tindakan konservasi tanah. Karena rumitnya sistem erosi tanah dengan berbagai faktor yang berinteraksi, maka pendekatan yang paling member harapan dalam pengembangan metode dan prediksi adalah dengan merumuskan model konseptual proses erosi itu.
Pemodelan erosi tanah adalah penggambaran secara matematik proses-proses penghancuran, transport, dan deposisi partikel tanah di atas permukaan lahan. Paling tidak terdapat tiga alasan dilakukannya pemodelan erosi, yaitu: (a) model erosi dapat digunakan sebagai alat prediksi untuk menilai/menaksir kehilangan tanah yang berguna untuk perencanaan konservasi tanah (soil conservation planning), perencanaan proyek (project planning), inventarisasi erosi tanah, dan untuk dasar pembuatan peraturan (regulation); (b) model-model matematik yang didasarkan pada proses fisik (physically-based mathematical models) dapat memprediksi erosi dimana dan kapan erosi terjadi, sehingga dapat membantu para perencana konservasi tanah dalam menentukan targetnya untuk menurunkan erosi; dan (c) model dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami proses-proses erosi dan interaksinya, dan untuk penetapan prioritas penelitian.
Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) model empiris, (b) model fisik, dan (c) model konseptual. Model empiris didasarkan pada variabel-variabel penting yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama proses erosi terjadi. Umumnya model-model erosi dibangun dari model empiris, dan contoh yang terkenal adalah universal soil loss equation (USLE) oleh Wischmeier dan Smith (1978). Model ini sangat luas penggunaannya untuk memprediksi erosi lembar dan alur. Perbaikan model USLE yaitu revised universal soil loss equation (RUSLE) juga merupakan model empiris yang memprediksi erosi lembar dan alur yang dihubungkan dengan aliran permukaan. Kedua model ini merupakan alat untuk memprediksi erosi dalam perencanaan konservasi tanah pada suatu lahan usaha tani. 

B.                 Tujuan

Untuk mengetahui penjelasan tentang metode RUSLE (revised soil loss equation)



II.                TINJAUAN PUSTAKA
Konservasi tanah dan air adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan kembali manfaat tanah dan air sebagai sumber kehidupan yang harus dipertahankan keberadaannya. Berbagai usaha yang mengarah kepada pengelolaan air dan tanah telah dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Upaya-upaya konservasi tanah dan air diantaranya dapat dilakukan secara fisik yaitu dengan membangun waduk-waduk lapangan atau embung yang dapat berfungsi sebagai tempat penampung air, sehingga keberadaan air dapat dipertahankan dan dapat dimanfaatkan untuk waktuyang lebih lama sebagai cadangan air pada musim kemarau (Hadiharyanto, 2003).
Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi. Erosi oleh air adalah akibat dari daya disperse (pemecahan) dan daya transporasi (pengangkutan) oleh aliran air di atas permukaan tanah dalam bentuk aliran permukaan (Vadari, T et al,2007).
Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu model empiris, model fisik dan model konseptual. Model empiris didasarkan pada variable-variabel penting yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama proses erosi terjadi. Umumnya model-model erosi dibangun dari model empiris, dan contoh yang terkenal adalah Universal Soil Loss Equation (USLE) oleh Wischmeier dan Smith (1978). Model ini sangat luas penggunaannya untuk memperbaiki erosi lembar dan alur. Perbaikan model USLE yaitu Revised Universal Soil Loss Equation (RUSLE) juga merupakan model empiris yang memprediksi erosi lembar dan alur yang dihubungkan dengan aliran permukaan. Kedua model ini merupakan alat untuk memprediksi erosi dalam perencanaan konservasi tanah pada suatu lahan usaha tani (Vadari, T et al,2007).  
Model fisik merupakan suatu model yang berhubungan dengan hokum kekelan massa dan energy. Perasaan diferensial atau dikenal sebagai persamaan kontinuitas digunakan dan diaplikasikan untuk erosi tanah pada satu segmen tanah pada lahan yang berlereng.
RUSLE adalah metode perhitungan yang dapat digunakan untuk evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi. Ini memberikan perkiraan tingkat keparahan erosi. Hal ini juga akan memberikan nomor untuk membuktikan manfaat dari tindakan pengendalian erosi yang direncanakan, seperti keuntungan dari menambahkan parit pengalihan atau mulsa. Misalnya, pengalihan dapat memperpendek panjang lereng yang digunakan dalam menghitung faktor LS. Selain itu, aplikasi mulsa akan mematahkan dampak pukulan hujan dan mengurangi limpasan. Bagian ini menyediakan metode untuk menghitung kerugian tanah. Mengikuti prosedur langkah-demi-langkah akan memberikan diperkirakan erosi di 'ton per hektar per tahun, yang dapat dikonversi untuk pengukuran lebih bermanfaat, meter kubik tanah.
Dalam metode RUSLE diperhitungkan beberapa faktor utama yang merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya erosi, yaitu faktor erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan miring lereng (LS) dan faktor penggunaan dan konservasi lahan (CP) (Pramono).
Penggunaan metode perhitungan laju erosi setiap daerah berbeda. Beberapa metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode  USLE,  RUSLE  dan MUSLE. Dimana untuk metode USLE dan RUSLE faktor erosivitas yang digunakan adalah hujan, sedangkan metode MUSLE dipengaruhi oleh faktor debit limpasan permukaan. Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan dalam pengolahan, penganalisaan dan pengelompokkan data-datanya (Wulandari, 2007).







III.             PEMBAHASAN
            Pemodelan erosi tanah adalah penggambaran secara matematik proses-proses penghancuran, transport, dan deposisi partikel tanah di atas permukaan lahan. Paling tidak terdapat tiga alasan dilakukannya pemodelan erosi, yaitu: (a) model erosi dapat digunakan sebagai alat prediksi untuk menilai/menaksir kehilangan tanah yang berguna untuk perencanaan konservasi tanah (soil conservation planning), perencanaan proyek (project planning), inventarisasi erosi tanah, dan untuk dasar pembuatan peraturan (regulation); (b) model-model matematik yang didasarkan pada proses fisik (physically-based mathematical models) dapat memprediksi erosi dimana dan kapan erosi terjadi, sehingga dapat membantu para perencana konservasi tanah dalam menentukan targetnya untuk menurunkan erosi; dan (c) model dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami proses-proses erosi dan interaksinya, dan untuk penetapan prioritas penelitian (Nearing et al., 1994). 
Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem (systems), obyek atau benda (objects) dan kejadian (events). Representasi tersebut dinyatakan dalam bentuk sederhana yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam tujuan penelitian. Penyederhanaan dilakukan secara representatif terhadap perilaku proses yang relevan dari keadaan sebenarnya.
Pembentukan model dan menerapkan model dalam percobaan merupakan bentukan dari simulasi (Dent and Anderson 1971). Menurut Hillel (1977), model simulasi merupakan teknik numerik dari percobaan hipotetik dari suatu gejala atau sistem dinamis dan dinyatakan secara kuantitatif.
Penggunaan model sebagai usaha untuk memahami suatu sistem yang rumit merupakan teknik pengkajian yang lebih sederhana dibandingkan jika melalui keadaan sebenarnya. Model ini dapat digunakan untuk menduga dan menerangkan gejala- gejala dalam suatu sistem secara tepat (Nasution dan Barizi 1980). Model yang dibentuk berdasarkan peramalan terhadap sistem belum dapat dipastikan akan menghasilkan peamalan yang tepat terhadap perilaku sistem yang sejenis.

Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) model empiris, (b) model fisik, dan (c) model konseptual. Model empiris didasarkan pada variabel-variabel penting yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama proses erosi terjadi. Umumnya model-model erosi dibangun dari model empiris, dan contoh yang terkenal adalah universal soil loss equation (USLE) oleh Wischmeier dan Smith (1978). Model ini sangat luas penggunaannya untuk memprediksi erosi lembar dan alur. Perbaikan model USLE yaitu revised universal soil loss equation (RUSLE) juga merupakan model empiris yang memprediksi erosi lembar dan alur yang dihubungkan dengan aliran permukaan. Kedua model ini merupakan alat untuk memprediksi erosi dalam perencanaan konservasi tanah pada suatu lahan usaha tani. 
RUSLE adalah metode perhitungan yang dapat digunakan untuk evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi. Ini memberikan perkiraan tingkat keparahan erosi. Hal ini juga akan memberikan nomor untuk membuktikan manfaat dari tindakan pengendalian erosi yang direncanakan, seperti keuntungan dari menambahkan parit pengalihan atau mulsa. Misalnya, pengalihan dapat memperpendek panjang lereng yang digunakan dalam menghitung faktor LS. Selain itu, aplikasi mulsa akan mematahkan dampak pukulan hujan dan mengurangi limpasan. Bagian ini menyediakan metode untuk menghitung kerugian tanah. Mengikuti prosedur langkah-demi-langkah akan memberikan diperkirakan erosi di 'ton per hektar per tahun, yang dapat dikonversi untuk pengukuran lebih bermanfaat, meter kubik tanah.









IV.             PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian- bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang berlangsung secara alamiah ataupun akibat tindakan
2.      RUSLE adalah metode perhitungan yang dapat digunakan untuk evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi. Ini memberikan perkiraan tingkat keparahan erosi.
3.      Erosi sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pengelolaan lahan. Oleh karena itu, erosi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaannya. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam perencanaan penggunaan lahan adalah model prediksi erosi.
4.      Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem (systems), obyek atau benda (objects) dan kejadian (events).
5.      Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) model empiris, (b) model fisik, dan (c) model konseptual.

B.     Saran
Metode RUSLE sebaiknya digunakan pada saat evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi.



DAFTAR PUSTAKA
Hadiharyanto,S. 2003. Kajian Metode Rusle untuk Menaksir Laju Erosi DAS Embung Banyukuwung di Kabupaten Rembang. Universitas Diponegoro : Semarang.
Hillel D. 1977. Computer Simulation of Soil Water Dynamics : A Compendium of Recent Work. IDRC. Ottawa
Lal, R. 1994. Soil Erosion by Wind and Water: Problem and Prospects.In : R, Lal(Ed .). Soil/Erosion Research Methods. Soil and Water ConservationSociety. Florida. p:1-10

Nasution AH dan Barizi. 1980. Metode Statistik untuk Penarikan Kesimpulan. Gramedia. Jakarta
Nearing, M.A., L.J. Lane, and V.L. Lopes. 1994. Modelling Soil Erosion. In: Lal, R.(Ed.). Soil Erosion Methods. Soil and Water Conservation Society. Florida.p: 127-158
Pramono, R.U. Identifikasi dan analisis faktor penyebab erosi : studi kasus daerah aliran Ciliwung Hulu. Universitas Indonesia.

Vadari, T, Kasdi S, dan Nono S. Model Prediksi Erosi : Prinsip, Keunggulan dan Keterbatasan.

Wischmeier. W.H dan Smith D.D (1978)  Predicting Rainfall Erosion Losses a Guide to Conservation Planning.
Wulandari, I.T. 2007. Analisa Laju Erosi dan Usaha Konservasi Lahan Pada Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi (Sub DAS Lahar DAS Brantas Tengah Kabupaten Blitar). Fakultas Teknik : Universitas Brawijaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar