Rabu, 11 Desember 2013

erosi-RUSLE



I.                   PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang berlangsung secara alamiah ataupun akibat tindakan. Di daerah tropic basah seperti Indonesia, erosi adalah salah satu faktor yang cukup dominan dalam menurunkan produktivitas lahan. Mengetahui besarnya erosi baik potensial maupun aktual sangat penting untuk merencanakan pembangunan pertanian dan kegiatan konservasi. Mengukur erosi pada Skala yang luas dengan keadaan yang beragam, selain sangat sulit juga memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Oleh karenanya, prediksi erosi adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengetahui bahaya erosi.
Terjadinya erosi yang dipercepat (accelerated soil erosion) diakui secara luas sebagai suatu permasalahan global yang serius. United Nations Environmental menyatakan bahwa produktivitas lahan seluas ± 20 juta ha setiap tahun mengalami penurunan ke tingkat nol atau menjadi tidak ekonomis disebabkan oleh erosi tanah atau degradasi yang disebabkan oleh erosi. Selanjutnya Burings mengestimasi bahwa telah terjadi annual global loss dari lahan pertanian seluas 3 juta ha tahun-1 yang disebabkan oleh erosi tanah. 
Erosi sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pengelolaan lahan. Oleh karena itu, erosi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaannya. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam perencanaan penggunaan lahan adalah model prediksi erosi. Secara ideal, metode prediksi erosi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang nampaknya bertentangan, yaitu: dapat diandalkan, secara universal dapat dipergunakan, mudah digunakan dengan data yang minimum, konprehensif dalam hal faktor-faktor yang digunakan, dan mempunyai kemampuan untuk mengikuti perubahan-perubahan tata guna lahan dan tindakan konservasi tanah. Karena rumitnya sistem erosi tanah dengan berbagai faktor yang berinteraksi, maka pendekatan yang paling member harapan dalam pengembangan metode dan prediksi adalah dengan merumuskan model konseptual proses erosi itu.
Pemodelan erosi tanah adalah penggambaran secara matematik proses-proses penghancuran, transport, dan deposisi partikel tanah di atas permukaan lahan. Paling tidak terdapat tiga alasan dilakukannya pemodelan erosi, yaitu: (a) model erosi dapat digunakan sebagai alat prediksi untuk menilai/menaksir kehilangan tanah yang berguna untuk perencanaan konservasi tanah (soil conservation planning), perencanaan proyek (project planning), inventarisasi erosi tanah, dan untuk dasar pembuatan peraturan (regulation); (b) model-model matematik yang didasarkan pada proses fisik (physically-based mathematical models) dapat memprediksi erosi dimana dan kapan erosi terjadi, sehingga dapat membantu para perencana konservasi tanah dalam menentukan targetnya untuk menurunkan erosi; dan (c) model dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami proses-proses erosi dan interaksinya, dan untuk penetapan prioritas penelitian.
Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) model empiris, (b) model fisik, dan (c) model konseptual. Model empiris didasarkan pada variabel-variabel penting yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama proses erosi terjadi. Umumnya model-model erosi dibangun dari model empiris, dan contoh yang terkenal adalah universal soil loss equation (USLE) oleh Wischmeier dan Smith (1978). Model ini sangat luas penggunaannya untuk memprediksi erosi lembar dan alur. Perbaikan model USLE yaitu revised universal soil loss equation (RUSLE) juga merupakan model empiris yang memprediksi erosi lembar dan alur yang dihubungkan dengan aliran permukaan. Kedua model ini merupakan alat untuk memprediksi erosi dalam perencanaan konservasi tanah pada suatu lahan usaha tani. 

B.                 Tujuan

Untuk mengetahui penjelasan tentang metode RUSLE (revised soil loss equation)



II.                TINJAUAN PUSTAKA
Konservasi tanah dan air adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan kembali manfaat tanah dan air sebagai sumber kehidupan yang harus dipertahankan keberadaannya. Berbagai usaha yang mengarah kepada pengelolaan air dan tanah telah dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Upaya-upaya konservasi tanah dan air diantaranya dapat dilakukan secara fisik yaitu dengan membangun waduk-waduk lapangan atau embung yang dapat berfungsi sebagai tempat penampung air, sehingga keberadaan air dapat dipertahankan dan dapat dimanfaatkan untuk waktuyang lebih lama sebagai cadangan air pada musim kemarau (Hadiharyanto, 2003).
Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi. Erosi oleh air adalah akibat dari daya disperse (pemecahan) dan daya transporasi (pengangkutan) oleh aliran air di atas permukaan tanah dalam bentuk aliran permukaan (Vadari, T et al,2007).
Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu model empiris, model fisik dan model konseptual. Model empiris didasarkan pada variable-variabel penting yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama proses erosi terjadi. Umumnya model-model erosi dibangun dari model empiris, dan contoh yang terkenal adalah Universal Soil Loss Equation (USLE) oleh Wischmeier dan Smith (1978). Model ini sangat luas penggunaannya untuk memperbaiki erosi lembar dan alur. Perbaikan model USLE yaitu Revised Universal Soil Loss Equation (RUSLE) juga merupakan model empiris yang memprediksi erosi lembar dan alur yang dihubungkan dengan aliran permukaan. Kedua model ini merupakan alat untuk memprediksi erosi dalam perencanaan konservasi tanah pada suatu lahan usaha tani (Vadari, T et al,2007).  
Model fisik merupakan suatu model yang berhubungan dengan hokum kekelan massa dan energy. Perasaan diferensial atau dikenal sebagai persamaan kontinuitas digunakan dan diaplikasikan untuk erosi tanah pada satu segmen tanah pada lahan yang berlereng.
RUSLE adalah metode perhitungan yang dapat digunakan untuk evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi. Ini memberikan perkiraan tingkat keparahan erosi. Hal ini juga akan memberikan nomor untuk membuktikan manfaat dari tindakan pengendalian erosi yang direncanakan, seperti keuntungan dari menambahkan parit pengalihan atau mulsa. Misalnya, pengalihan dapat memperpendek panjang lereng yang digunakan dalam menghitung faktor LS. Selain itu, aplikasi mulsa akan mematahkan dampak pukulan hujan dan mengurangi limpasan. Bagian ini menyediakan metode untuk menghitung kerugian tanah. Mengikuti prosedur langkah-demi-langkah akan memberikan diperkirakan erosi di 'ton per hektar per tahun, yang dapat dikonversi untuk pengukuran lebih bermanfaat, meter kubik tanah.
Dalam metode RUSLE diperhitungkan beberapa faktor utama yang merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya erosi, yaitu faktor erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan miring lereng (LS) dan faktor penggunaan dan konservasi lahan (CP) (Pramono).
Penggunaan metode perhitungan laju erosi setiap daerah berbeda. Beberapa metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode  USLE,  RUSLE  dan MUSLE. Dimana untuk metode USLE dan RUSLE faktor erosivitas yang digunakan adalah hujan, sedangkan metode MUSLE dipengaruhi oleh faktor debit limpasan permukaan. Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan dalam pengolahan, penganalisaan dan pengelompokkan data-datanya (Wulandari, 2007).







III.             PEMBAHASAN
            Pemodelan erosi tanah adalah penggambaran secara matematik proses-proses penghancuran, transport, dan deposisi partikel tanah di atas permukaan lahan. Paling tidak terdapat tiga alasan dilakukannya pemodelan erosi, yaitu: (a) model erosi dapat digunakan sebagai alat prediksi untuk menilai/menaksir kehilangan tanah yang berguna untuk perencanaan konservasi tanah (soil conservation planning), perencanaan proyek (project planning), inventarisasi erosi tanah, dan untuk dasar pembuatan peraturan (regulation); (b) model-model matematik yang didasarkan pada proses fisik (physically-based mathematical models) dapat memprediksi erosi dimana dan kapan erosi terjadi, sehingga dapat membantu para perencana konservasi tanah dalam menentukan targetnya untuk menurunkan erosi; dan (c) model dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami proses-proses erosi dan interaksinya, dan untuk penetapan prioritas penelitian (Nearing et al., 1994). 
Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem (systems), obyek atau benda (objects) dan kejadian (events). Representasi tersebut dinyatakan dalam bentuk sederhana yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam tujuan penelitian. Penyederhanaan dilakukan secara representatif terhadap perilaku proses yang relevan dari keadaan sebenarnya.
Pembentukan model dan menerapkan model dalam percobaan merupakan bentukan dari simulasi (Dent and Anderson 1971). Menurut Hillel (1977), model simulasi merupakan teknik numerik dari percobaan hipotetik dari suatu gejala atau sistem dinamis dan dinyatakan secara kuantitatif.
Penggunaan model sebagai usaha untuk memahami suatu sistem yang rumit merupakan teknik pengkajian yang lebih sederhana dibandingkan jika melalui keadaan sebenarnya. Model ini dapat digunakan untuk menduga dan menerangkan gejala- gejala dalam suatu sistem secara tepat (Nasution dan Barizi 1980). Model yang dibentuk berdasarkan peramalan terhadap sistem belum dapat dipastikan akan menghasilkan peamalan yang tepat terhadap perilaku sistem yang sejenis.

Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) model empiris, (b) model fisik, dan (c) model konseptual. Model empiris didasarkan pada variabel-variabel penting yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama proses erosi terjadi. Umumnya model-model erosi dibangun dari model empiris, dan contoh yang terkenal adalah universal soil loss equation (USLE) oleh Wischmeier dan Smith (1978). Model ini sangat luas penggunaannya untuk memprediksi erosi lembar dan alur. Perbaikan model USLE yaitu revised universal soil loss equation (RUSLE) juga merupakan model empiris yang memprediksi erosi lembar dan alur yang dihubungkan dengan aliran permukaan. Kedua model ini merupakan alat untuk memprediksi erosi dalam perencanaan konservasi tanah pada suatu lahan usaha tani. 
RUSLE adalah metode perhitungan yang dapat digunakan untuk evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi. Ini memberikan perkiraan tingkat keparahan erosi. Hal ini juga akan memberikan nomor untuk membuktikan manfaat dari tindakan pengendalian erosi yang direncanakan, seperti keuntungan dari menambahkan parit pengalihan atau mulsa. Misalnya, pengalihan dapat memperpendek panjang lereng yang digunakan dalam menghitung faktor LS. Selain itu, aplikasi mulsa akan mematahkan dampak pukulan hujan dan mengurangi limpasan. Bagian ini menyediakan metode untuk menghitung kerugian tanah. Mengikuti prosedur langkah-demi-langkah akan memberikan diperkirakan erosi di 'ton per hektar per tahun, yang dapat dikonversi untuk pengukuran lebih bermanfaat, meter kubik tanah.









IV.             PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Erosi adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian- bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang berlangsung secara alamiah ataupun akibat tindakan
2.      RUSLE adalah metode perhitungan yang dapat digunakan untuk evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi. Ini memberikan perkiraan tingkat keparahan erosi.
3.      Erosi sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pengelolaan lahan. Oleh karena itu, erosi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaannya. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam perencanaan penggunaan lahan adalah model prediksi erosi.
4.      Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem (systems), obyek atau benda (objects) dan kejadian (events).
5.      Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) model empiris, (b) model fisik, dan (c) model konseptual.

B.     Saran
Metode RUSLE sebaiknya digunakan pada saat evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi.



DAFTAR PUSTAKA
Hadiharyanto,S. 2003. Kajian Metode Rusle untuk Menaksir Laju Erosi DAS Embung Banyukuwung di Kabupaten Rembang. Universitas Diponegoro : Semarang.
Hillel D. 1977. Computer Simulation of Soil Water Dynamics : A Compendium of Recent Work. IDRC. Ottawa
Lal, R. 1994. Soil Erosion by Wind and Water: Problem and Prospects.In : R, Lal(Ed .). Soil/Erosion Research Methods. Soil and Water ConservationSociety. Florida. p:1-10

Nasution AH dan Barizi. 1980. Metode Statistik untuk Penarikan Kesimpulan. Gramedia. Jakarta
Nearing, M.A., L.J. Lane, and V.L. Lopes. 1994. Modelling Soil Erosion. In: Lal, R.(Ed.). Soil Erosion Methods. Soil and Water Conservation Society. Florida.p: 127-158
Pramono, R.U. Identifikasi dan analisis faktor penyebab erosi : studi kasus daerah aliran Ciliwung Hulu. Universitas Indonesia.

Vadari, T, Kasdi S, dan Nono S. Model Prediksi Erosi : Prinsip, Keunggulan dan Keterbatasan.

Wischmeier. W.H dan Smith D.D (1978)  Predicting Rainfall Erosion Losses a Guide to Conservation Planning.
Wulandari, I.T. 2007. Analisa Laju Erosi dan Usaha Konservasi Lahan Pada Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi (Sub DAS Lahar DAS Brantas Tengah Kabupaten Blitar). Fakultas Teknik : Universitas Brawijaya.

the blues

Sejarah Chelsea
Chelsea terbentuk pada tahun 1905 dan langsung terpilih untuk masuk liga sepakbola pada Divisi II. Mereka kehilangan gelar (silverware) sepuluh tahun kemudian karena kekalahan pada Final Piala FA. The Blues harus menunggu hingga tahun 1955 untuk meraih gelar pertama ketika diarsiteki oleh pelatih Ted Drake meraih gelar juara liga. Chelsea memenangkan juara piala liga untuk pertama kali tahun 1965 kemudian kalah pada final piala FA dua tahun kemudian.

Menampilkan pemain seperti Ron “Chopper” Harris, Ian Hutchison, dan Peter Osgood, Chelsea mengalahkan Leeds untuk kemudian memenangkan Piala FA tahun 1970. Musim berikutnya merebut Piala Winners Cup dengan mengalahkan Real Madrid.

Masalah keuangan sempat membuat klub yang bermarkas di Stamford Bridge ini turun ke Divisi II bahkan pada suatu waktu pernah hampir jatuh ke Divisi III. Akhirnya pada tahun 1984 the Blues kembali mendapatkan tempat sebagai tim papan atas, akan tetapi hanya bisa bertahan selama selama empat musim. Kemudian Chelsea berhasil menancapkan kembali kukunya di Divisi Utama setelah menjuarai Divisi II tahun 1989 dan semenjak itu menjadi klub papan atas hingga saat ini.

Ruud Gullit membawa Piala FA ke Stamford Bridge pada tahun 1997 yang kemudian diikuti suksesornya Gianluca Vialli dengan gelar Piala Liga dan Piala Winners Cup tahun 1998. Di Piala Super Eropa Chelsea berhasil mengalahkan Real Madrid 1-0 lalu pada tahun 2000 kembali meraih trofi Piala FA dengan mengalahkan Aston Villa 1-0 di Wembley. Setelah itu kepelatihan berpindah ke tangan Claudio Ranieri dimana pada masa ini the Blues sangat kental dengan aroma sepakbola Italia dan bahkan penyerang Gianfranco Zola sangat dicintai oleh publik Stamford Bridge.     

Juni 2003 pengusaha minyak asal Rusia Roman Abramovich mengambil alih kepemilikan Chelsea dari Ken Bates seharga 140 juta pounds. Belakangan diketahui Ken Bates membeli Leeds United dari hasil penjualan mantan klubnya tersebut. Momen ini kembali menjadikan Chelsea sebagai klub besar di Inggris dan bahkan Eropa dengan dukungan finansial yang sangat kuat dari pengusaha minyak Rusia tersebut.

Dimulai era Mourinho yang mendatangkan gelar Juara Premier League pada 2004 setelah sebelumnya menjadi runner-up di musim 2003 lalu menjadi runner-up Champions League tahun 2008, secara berkala bisa dikatakan Chelsea dilatih oleh world class skill. Dari nama tenar seperti Guus Hiddink, Luiz Felippe Scolari hingga pada 2011 Andre Villas-Boas sebagai penerus dan anak didik Jose Mourinho menandatangani kontrak di Stamford Bridge.

wahyuandika.co.id Post Makalah pupuk



wahyuandika.co.id Makalah Pupuk dan pemupukan
MAKALAH PUPUK DAN PEMUPUKAN
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya menggantungkan diri pada sektor pertanian. Seiring dengan meningkatnya hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, maka kebutuhan akan tersedia pupuk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau sangatlah mutlak diperlukan.
Pupuk memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas produksi hasil pertanian. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan oleh petani adalah pupuk urea, yang berfungsi sebagai sumber nitrogen bagi tanaman. Dalam peternakan, urea apalagi merupakan nutrisi makanan ternak yang dapat meningkatkan produksi susu dan daging. Selain itu, pupuk urea memiliki prospek yang cukup besar dalam bidang industri, antara lain sebagai bahan dalam pembuatan resin, produk-produk cetak, pelapis, perekat, bahan anti kusut dam membantu dalam pencelupan di pabrik tekstil. Dengan demikian, kebutuhan pupuk urea setiap tahun semakin bertambah besar.
B.     Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dari makalah ini adalah apa saja yang dihasilkan pada proses pemupukan dan  proses pengelolaannya.

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses pemupukan dan hasil yang diharapkan dari proses pemupukan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pemupukan
Ada tiga hal yang harus dipahami dalam pemupukan tanaman budidaya yaitu: (1) Tanah; (2) Tanaman; dan (3) Pupuk. Ketiganya saling berkaitan dan menunjang untuk menghasilkan tanaman yang benar-benar subur dan produktif.
a.      Tanah
Tanah mempunyai arti penting bagi tanaman. Dalam mendukung kehidupan tanaman, tanah memiliki fungsi sebagai berikut:
·        Memberikan unsur hara dan sebagai media perakaran.
·        Menyediakan air dan sebagai tempat penampungan ( reservoar ) air.
·        Menyediakan udara untuk respirasi akar.
·        Sebagai tempat bertumpunya tanaman.
Tanah yang dikehendaki tanaman adalah tanah yang subur. Tanah yang subur adalah tanah yang mampu untuk menyediakan unsur hara yang cocok, dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman.
Tanah yang subur memiliki sifat fisik kimia dan biologi yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Sifat tersebut antara lain:

b.      Struktur Tanah
Struktur tanah memang ada bermacam-macam. Akan tetapi, yang dikehendaki ialah struktur tanah yang remah. Keuntungan struktur tanah demikian ialah udara dan air tanah berjalan lancar, temperaturnya stabil. Keadaan tersebut sangat memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Oleh karena itu, untuk memperbaiki strutur tanah ini dianjurkan untuk diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau ).
Salah satu contoh tanah yang berstruktur jelek adalah tanah liat. Tanah ini tersusun atas partikel-partikel yang cukup kecil. Sangat kecil kalau dibandingkan dengan tanah pasir. Partikel tanah liat kurang lebih sama dengan seperseratus kali partikel tanah pasir. Kehalusannya membuat tanah liat cenderung menggumpal, terlebih pada musim hujan, dan amat rakus menghisap air. Jeleknya lagi, tanah liat akan menahan air dengan ketat sehingga keadaannya menjadi lembab dan udara pun berputar cukup lambat. Bila nantinya kering,  tanah liat akan menggumpal seperti batu dan sifatnya pun kian kedap terhadap udara. Itu sebabnya kerap kali dijumpai tanah liat banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuat keramik dan  batu bata. Tentunya tanaman kalau ditanam pada tanah tersebut, kehidupannya akan menderita karena akarnya tak mampu menembus lapisan tanah padat.
Ada pula tanah yang struktur terlalu porous, seperti tanah pasir. Pada tanah tersebut tanaman juga tidak akan tumbuh subur. Pasalnya, sifat porous tanah tersebut sangat mudah merembeskan air yang mengangkut zat-zat makanan hingga jauh ke dalam tanah. Akibatnya, zat-zat makanan yang dibutuhkan tanaman tersebut tidak bisa terjangkau oleh akar.
Lalu, mengapa tanaman yang ditanam bukan di tanah pasir dan tanah liat masih saja tumbuh kerempeng seperti kurang makan? Kasus serupa ini memang paling banyak terjadi dan sering dikeluhkan petani. Ini ada hubungannya dengan kesuburan tanah yang meliputi: kandungan hara, derajat keasaman (pH), pengolahan tanah, dan segi perawatan lain.
c.         pH Tanah
Ada 3 alasan pH tanah sangat penting untuk diketahui:
a.  Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman. Umumnya unsur hara yang diserap oleh akar pada pH 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
b.  Derajat keasaman atau pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah masam. Banyak ditemukan unsur aluminiun yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah masam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro, seperti Fe, Zn, Mn, Cu dalam jumlah yang terlalu besar. Akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman. Pada tanah alkali, ditemukan juga unsur yang dapat meracuni tanaman, yaitu natrium (Na) dan molibdenum (Mo).
c.  Derajat keasaman atau pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5,5-7 bakteri dan jamur pengurai bahan organik dapat berkembang dengan baik.
Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati netral (6,5-7). Namun, kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda-beda seperti yang tertera.
Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimum. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam jumlah yang diharapkan. Karenanya, pH tanah sangat penting diketahui jika efisiensi pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah.

B.  Pupuk dan Cara Pemupukan

a. Penggolongan Pupuk
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik ialah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai.  Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang.  Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak.  Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah.  Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik ini termasuk tinggi.
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi.  Contoh pupuk anorganik adalah Urea, TSP, dan KCl.  Jenis pupuk buatan sangat banyak.
Menurut jenis dan jumlah unsur hara makro yang dikandungnya dapat dibagi menjadi dua, yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk.  Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara makro yang dikandungnya hanya satu macam.  Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea yang hanya mengandung unsur nitrogen.  Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara makro.  Penggunaan pupuk majemuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan.  Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih mahal.  Contoh pupuk majemuk antara lain diammonium phosphat yang mengandung unsur nitrogen dan phosphor, serta pupuk NPK Mutiara yang mengandung unsur nitrogen, phosphor, dan kalium.

C.  Jenis-jenis Pupuk
1.      Pupuk Sumber Nitrogen
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3-) atau ammonium (NH4+) yang disediakan oleh pupuk.  Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman.  Ammonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi.  Tembakau tidak dapat menoleransi jumlah ammonium yang tinggi.  Untuk menyediakan nitrogen pada tembakau, gunakan pupuk berbentuk nitrat (NO3-) dengan kandungan nitrogen minimal 50%.  Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk ammonium (NH4+), karena pada tanah yang tergenang, nitrogen mudah berubah menjadi gas N2.  Umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati.

2.     Pupuk Sumber Phosphor
Mengandung 36% phosphor dalam bentuk P2O5.  Pupuk  ini terbuat dari phosphat alam dan sulfat.  Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu.  Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar.  Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis, dan tidak bersifat membakar.
3.     Pupuk Sumber Kalium
Kalium Khlorida (KCl)
Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak masam, dan bersifat higroskopis. Namun demikian, Khlor bisa berpengaruh negatif pada tanaman yang tidak membutuhkannya, misalnya kentang, wortel, dan tembakau.
Kalium Sulfat (K2SO4)
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK.  Kadar K2O-nya sekitar 48-52%.  Bentuknya berupa tepung putih yang larut di dalam air, sifatnya agak mengasamkan tanah.  dapat digunakan untuk pupuk dasar sesudah tanam.  Tanaman yang peka terhadap keraculan Cl, seperti tembakau, disarankan untuk menggunakan pupuk ini.
Kalium Nitrat (KNO3)
Mengandung 13% N dan 44% K2O.  Berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral.
4.     Pupuk Sumber Unsur Hara Makro Sekunder
Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk berwarna kekuningan.  Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan pH tanah.  dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik.  Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran.  Semakin halus butirannya akan semakin baik kualitasnya.
Kapur Kalsit
Berfungsi untuk meningkatkan pH tanah.  Dikenal sebagai kapur pertanian yang berbentuk bubuk.  Warnanya putih dan butirannya halus.  Pupuk ini mengandung 90-99% Ca.  bersifat lebih cepat larut di dalam air.
Paten Kali (Kalium Magnesium Sulfat)
Berbentuk butiran berwarna kuning.  Mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO.  Sifatnya agak sukar larut di dalam air.  Selain untuk memperbaiki defisiensi Mg, pupuk ini juga bermanfaat untuk memperbaiki kejenuhan basa pada tanah masam.
Kapur Gipsum
Berbentuk bubuk dan berwarna putih.  Mengandung 39% Ca, 53% S, dan sedikit Mg.  Ditebarkan dalam satu kali aplikasi.
Jika terkena air, gypsum yang ditebarkan akan menggumpal dan mengeras seperti tanah liat (cake).  Gypsum digunakan untuk menetralisir tanah yang terganggu karena kadar garam yang tinggi, misalnya pada tanah di daerah pantai.  Aplikasi gypsum tidak dapat mengubah pH tanah yang terlalu besar.

Bubuk Belerang (Element Sulfur)
Umumnya, sulfur disuplai dalam bentuk sulfat yang terdapat pada berbagai jenis pupuk.  Kandungan sulfat tersebut tidak banyak berpengaruh dalam penurunan pH tanah.  selain terdapat dalam berbagai jenis pupuk, bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai 99%.  Namun, bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi masalah defisiensi sulfur, tetapi lebih banyak digunakan untuk menurunkan pH tanah. penggunaannya tidak boleh melebihi 25 gram/m2, karena bubuk sulfur dapat mengakibatkan gejala terbakarnya daun tanaman (burning effect).
5.     Pupuk Sumber Unsur Hara Mikro
Saat ini kebutuhan pupuk mikro sudah mulai terasa di Indonesia.  Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa tanaman padi sawah dan teh di beberapa daerah di Jawa sudah mulai memerlukan tambahan Zn dari pupuk.  Hasil analisis tanah pada 10 propinsi di Indonesia menunjukkan, bahwa pada tanah yang mendapat program pengapuran terjadi kekurangan unsur Cu dan Zn.  Penambahan pupuk Cu dan Zn ternyata meningkatkan hasil panen yang sangat berarti.  Pada padi sawah, hasil panen meningkat 17,5%, padi gogo menunjukkan peningkatan sebesar 15%, dan pada kedelai meningkat sampai 24%.
Pupuk sebagai sumber unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk garam anorganik dan bentuk organik sintetis.  Kedua bentuk ini bersifat mudah larut di dalam air.  Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam anorganik adalah Cu, Fe, Zn, dan Mn yang seluruhnya bergabung dengan sulfat.  Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai pupuk daun.  Sumber Mo umumnya menggunakan sodium dan ammonium molibdat.
6.     Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas.  Berbagai merek, kualitas, dan analisis telah tersedia di pasaran.  Kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap.  Efisiensi pemakaian tenaga kerja pada aplikasi pupuk majemuk juga lebih tinggi daripada aplikasi pada pupuk tunggal yang harus diberikan dengan cara dicampur.
Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besar butiran yang seragam dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal.  Hampir semua pupuk majemuk bereaksi masam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.
Variasi analisis pupuk majemuk sangat banyak.  meskipun demikain perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK 15.15.15 dan NPK 16.16.16.  Berikut ini gambaran fungsi beberapa jenis analisis pupuk majemuk.
7.      Pupuk Daun
Daun memiliki mulut yang dikenal dengan nama stomata.  Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun.  Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga aliran air dari akar dapat sampai ke daun.  Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan tertutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan.  Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk ke dalam jaringan daun.  Dengan sendirinya, unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun.
Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk.  Bahkan pupuk daun sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur hara mikro.  Pemilihan analisis yang tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang sama dengan analisis pada pupuk majemuk.  Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama.  Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan tanaman dan peningkatan hasil panen.
8.     Pupuk Organik
Kandungan bahan organik di dalam tanah perlu dipertahankan agar jumlahnya tidak sampai di bawah 2%.  Selain penambahan pupuk organik, bahan organik di dalam tanah dapat dipertahankan melalui cara-cara sebagai berikut :
-       Terapkan rotasi tanaman dengan menyertakan jenis kacang-kacangan dalam pergiliran tanaman.
-       Sedapat mungkin mengembalikan sisa tanaman ke dalam tanah.
-       Atasi erosi yang dapat menghanyutkan bahan organik tanah.
-       Tanaman penutup tanah (cover crop).  Cara ini lazim dilakukan di perkebunan kelapa sawit dan karet.
-       Minimalisasi pengolahan tanah, yakni mengolah tanah seperlunya saja.
Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk organik jauh lebih kecil daripada yang terdapat di dalam pupuk buatan.  Cara aplikasinya juga lebih sulit karena pupuk organik dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja yang diperlukan juga lebih banyak.  Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap digunakan karena fungsinya belum tergantikan oleh pupuk buatan.

i.        Kompos
Kompos adalah hasil pembusukan sisa-saia tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai.  Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara nisbah karbon dan nitrogen (C/N rasio).  Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna.  Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan bahan ber-C/N rasio rendah.  Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15.
1.      Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak.  Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk kandang.   Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya.  Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada kotoran padat.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pupuk merupakan reaksi antara karbon dioksida (CO2) dan ammonia (NH3). Kedua senyawa ini berasal dari bahan gas bumi, air dan udara. Meskipun (NH2)2CO dan NH3-N tidak termasuk senyawa B3, limbah cair pabrik pupuk urea dapat menimbulkan kerusakan ekosistem badan air yang sangat serius. Sampai saat ini, pengolahan limbah cair pabrik pupuk urea dilakukan dengan proses nitrifikasi-denitrifikasi heterotrofik dalam kolam-kolam terbuka.

B.     SARAN
Diharapkan agar para industri khusunya industi pupuk agar dapat mengelolah limbah yang dihasilkannya dengan baik sehingga dapat menjaga ekosistem badan air.

DAFTAR PUSTAKA
 Dian k. Wardhany, fitry ayunintiyas. 2008. Pengolahan limbah cair pabrik pupuk urea dengan menggunakan proses gabungan nitrifikasi dinitrifikasi dan microalgae. Online (www.cheundip.com). Diakses pada tanggal 13-oktober 2010.
Ea kosman anwar dan husein suganda. 2002. Pupuk limbah industry. Online (www.bloger.kebumen.info.com).
Sumarnianti usman. 2008. Verifikasi metode pengujian NH3 pada sampel udara ambient. Makassar : SMAK