I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Erosi adalah
peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat ke tempat lain yang berlangsung secara alamiah ataupun akibat tindakan.
Di daerah tropic basah seperti Indonesia, erosi adalah salah satu faktor yang
cukup dominan dalam menurunkan produktivitas lahan. Mengetahui besarnya erosi
baik potensial maupun aktual sangat penting untuk merencanakan pembangunan
pertanian dan kegiatan konservasi. Mengukur erosi pada Skala yang luas dengan
keadaan yang beragam, selain sangat sulit juga memerlukan waktu yang lama dan
biaya yang mahal. Oleh karenanya, prediksi erosi adalah salah satu alternatif
yang dapat digunakan untuk mengetahui bahaya erosi.
Terjadinya erosi
yang dipercepat (accelerated soil erosion) diakui secara luas sebagai suatu
permasalahan global yang serius. United Nations Environmental menyatakan bahwa
produktivitas lahan seluas ± 20 juta ha setiap tahun mengalami penurunan ke
tingkat nol atau menjadi tidak ekonomis disebabkan oleh erosi tanah atau
degradasi yang disebabkan oleh erosi. Selanjutnya Burings mengestimasi bahwa
telah terjadi annual global loss dari lahan pertanian seluas 3 juta ha tahun-1
yang disebabkan oleh erosi tanah.
Erosi sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pengelolaan
lahan. Oleh karena itu, erosi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaannya. Salah satu alat bantu yang
dapat digunakan dalam perencanaan penggunaan lahan adalah model prediksi erosi.
Secara ideal, metode prediksi erosi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang
nampaknya bertentangan, yaitu: dapat diandalkan, secara universal dapat
dipergunakan, mudah digunakan dengan data yang minimum, konprehensif dalam hal
faktor-faktor yang digunakan, dan mempunyai kemampuan untuk mengikuti
perubahan-perubahan tata guna lahan dan tindakan konservasi tanah. Karena
rumitnya sistem erosi tanah dengan berbagai faktor yang berinteraksi, maka
pendekatan yang paling member harapan dalam pengembangan metode dan prediksi
adalah dengan merumuskan model konseptual proses erosi itu.
Pemodelan erosi
tanah adalah penggambaran secara matematik proses-proses penghancuran,
transport, dan deposisi partikel tanah di atas permukaan lahan. Paling tidak
terdapat tiga alasan dilakukannya pemodelan erosi, yaitu: (a) model erosi dapat
digunakan sebagai alat prediksi untuk menilai/menaksir kehilangan tanah yang
berguna untuk perencanaan konservasi tanah (soil conservation planning),
perencanaan proyek (project planning), inventarisasi erosi tanah, dan untuk
dasar pembuatan peraturan (regulation); (b) model-model matematik yang
didasarkan pada proses fisik (physically-based mathematical models) dapat
memprediksi erosi dimana dan kapan erosi terjadi, sehingga dapat membantu para
perencana konservasi tanah dalam menentukan targetnya untuk menurunkan erosi;
dan (c) model dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami proses-proses erosi
dan interaksinya, dan untuk penetapan prioritas penelitian.
Model erosi
tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) model empiris, (b) model
fisik, dan (c) model konseptual. Model empiris didasarkan pada
variabel-variabel penting yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama
proses erosi terjadi. Umumnya model-model erosi dibangun dari model empiris,
dan contoh yang terkenal adalah universal soil loss equation (USLE) oleh
Wischmeier dan Smith (1978). Model ini sangat luas penggunaannya untuk
memprediksi erosi lembar dan alur. Perbaikan model USLE yaitu revised universal
soil loss equation (RUSLE) juga merupakan model empiris yang memprediksi erosi
lembar dan alur yang dihubungkan dengan aliran permukaan. Kedua model ini
merupakan alat untuk memprediksi erosi dalam perencanaan konservasi tanah pada
suatu lahan usaha tani.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui
penjelasan tentang metode RUSLE (revised soil loss equation)
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Konservasi tanah
dan air adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan kembali manfaat tanah dan
air sebagai sumber kehidupan yang harus dipertahankan keberadaannya. Berbagai
usaha yang mengarah kepada pengelolaan air dan tanah telah dilakukan oleh
berbagai pihak yang berkepentingan. Upaya-upaya konservasi tanah dan air
diantaranya dapat dilakukan secara fisik yaitu dengan membangun waduk-waduk
lapangan atau embung yang dapat berfungsi sebagai tempat penampung air,
sehingga keberadaan air dapat dipertahankan dan dapat dimanfaatkan untuk
waktuyang lebih lama sebagai cadangan air pada musim kemarau (Hadiharyanto,
2003).
Erosi merupakan
tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan
(transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah oleh penyebab
erosi. Erosi oleh air adalah akibat dari daya disperse (pemecahan) dan daya
transporasi (pengangkutan) oleh aliran air di atas permukaan tanah dalam bentuk
aliran permukaan (Vadari, T et al,2007).
Model erosi
tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu model empiris, model fisik dan
model konseptual. Model empiris didasarkan pada variable-variabel penting yang
diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama proses erosi terjadi. Umumnya
model-model erosi dibangun dari model empiris, dan contoh yang terkenal adalah
Universal Soil Loss Equation (USLE) oleh Wischmeier dan Smith (1978). Model ini
sangat luas penggunaannya untuk memperbaiki erosi lembar dan alur. Perbaikan
model USLE yaitu Revised Universal Soil Loss Equation (RUSLE) juga merupakan
model empiris yang memprediksi erosi lembar dan alur yang dihubungkan dengan
aliran permukaan. Kedua model ini merupakan alat untuk memprediksi erosi dalam
perencanaan konservasi tanah pada suatu lahan usaha tani (Vadari, T et al,2007).
Model fisik
merupakan suatu model yang berhubungan dengan hokum kekelan massa dan energy.
Perasaan diferensial atau dikenal sebagai persamaan kontinuitas digunakan dan
diaplikasikan untuk erosi tanah pada satu segmen tanah pada lahan yang
berlereng.
RUSLE adalah metode perhitungan
yang dapat digunakan untuk evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk
membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi. Ini
memberikan perkiraan tingkat keparahan erosi. Hal ini juga akan memberikan nomor
untuk membuktikan manfaat dari tindakan pengendalian erosi yang direncanakan,
seperti keuntungan dari menambahkan parit pengalihan atau mulsa. Misalnya,
pengalihan dapat memperpendek panjang lereng yang digunakan dalam menghitung
faktor LS. Selain itu, aplikasi mulsa akan mematahkan dampak pukulan hujan dan
mengurangi limpasan. Bagian ini menyediakan metode untuk menghitung kerugian
tanah. Mengikuti prosedur langkah-demi-langkah akan memberikan diperkirakan
erosi di 'ton per hektar per tahun, yang dapat dikonversi untuk pengukuran
lebih bermanfaat, meter kubik tanah.
Dalam metode RUSLE diperhitungkan
beberapa faktor utama yang merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya erosi,
yaitu faktor erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), faktor panjang dan
miring lereng (LS) dan faktor penggunaan dan konservasi lahan (CP) (Pramono).
Penggunaan
metode perhitungan laju erosi setiap daerah berbeda. Beberapa metode yang
digunakan dalam studi ini adalah metode
USLE, RUSLE dan MUSLE. Dimana untuk metode USLE dan RUSLE
faktor erosivitas yang digunakan adalah hujan, sedangkan metode MUSLE
dipengaruhi oleh faktor debit limpasan permukaan. Sistem Informasi Geografis
(SIG) digunakan dalam pengolahan, penganalisaan dan pengelompokkan data-datanya
(Wulandari, 2007).
III.
PEMBAHASAN
Pemodelan
erosi tanah adalah penggambaran secara matematik proses-proses penghancuran,
transport, dan deposisi partikel tanah di atas permukaan lahan. Paling tidak
terdapat tiga alasan dilakukannya pemodelan erosi, yaitu: (a) model erosi dapat
digunakan sebagai alat prediksi untuk menilai/menaksir kehilangan tanah yang
berguna untuk perencanaan konservasi tanah (soil conservation planning),
perencanaan proyek (project planning), inventarisasi erosi tanah, dan untuk
dasar pembuatan peraturan (regulation); (b) model-model matematik yang
didasarkan pada proses fisik (physically-based mathematical models) dapat
memprediksi erosi dimana dan kapan erosi terjadi, sehingga dapat membantu para
perencana konservasi tanah dalam menentukan targetnya untuk menurunkan erosi;
dan (c) model dapat dijadikan sebagai alat untuk memahami proses-proses erosi
dan interaksinya, dan untuk penetapan prioritas penelitian (Nearing et al.,
1994).
Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem
(systems), obyek atau benda (objects) dan kejadian (events). Representasi
tersebut dinyatakan dalam bentuk sederhana yang dapat dipergunakan untuk
berbagai macam tujuan penelitian. Penyederhanaan dilakukan secara representatif
terhadap perilaku proses yang relevan dari keadaan sebenarnya.
Pembentukan model dan menerapkan model dalam percobaan
merupakan bentukan dari simulasi (Dent and Anderson 1971). Menurut Hillel
(1977), model simulasi merupakan teknik numerik dari percobaan hipotetik dari
suatu gejala atau sistem dinamis dan dinyatakan secara kuantitatif.
Penggunaan model sebagai usaha untuk memahami suatu
sistem yang rumit merupakan teknik pengkajian yang lebih sederhana dibandingkan
jika melalui keadaan sebenarnya. Model ini dapat digunakan untuk menduga dan
menerangkan gejala- gejala dalam suatu sistem secara tepat (Nasution dan Barizi
1980). Model yang dibentuk berdasarkan peramalan terhadap sistem belum dapat
dipastikan akan menghasilkan
peamalan yang tepat terhadap perilaku sistem yang sejenis.
Model
erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) model empiris, (b)
model fisik, dan (c) model konseptual. Model empiris didasarkan pada
variabel-variabel penting yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama
proses erosi terjadi. Umumnya model-model erosi dibangun dari model empiris,
dan contoh yang terkenal adalah universal soil loss equation (USLE) oleh
Wischmeier dan Smith (1978). Model ini sangat luas penggunaannya untuk
memprediksi erosi lembar dan alur. Perbaikan model USLE yaitu revised universal
soil loss equation (RUSLE) juga merupakan model empiris yang memprediksi erosi
lembar dan alur yang dihubungkan dengan aliran permukaan. Kedua model ini
merupakan alat untuk memprediksi erosi dalam perencanaan konservasi tanah pada
suatu lahan usaha tani.
RUSLE adalah metode perhitungan
yang dapat digunakan untuk evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk
membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi. Ini
memberikan perkiraan tingkat keparahan erosi. Hal ini juga akan memberikan
nomor untuk membuktikan manfaat dari tindakan pengendalian erosi yang
direncanakan, seperti keuntungan dari menambahkan parit pengalihan atau mulsa.
Misalnya, pengalihan dapat memperpendek panjang lereng yang digunakan dalam
menghitung faktor LS. Selain itu, aplikasi mulsa akan mematahkan dampak pukulan
hujan dan mengurangi limpasan. Bagian ini menyediakan metode untuk menghitung kerugian
tanah. Mengikuti prosedur langkah-demi-langkah akan memberikan diperkirakan
erosi di 'ton per hektar per tahun, yang dapat dikonversi untuk pengukuran
lebih bermanfaat, meter kubik tanah.
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Erosi
adalah peristiwa pindah atau terangkutnya tanah atau bagian- bagian tanah dari
suatu tempat ke tempat lain yang berlangsung secara alamiah ataupun akibat
tindakan
2.
RUSLE adalah metode perhitungan yang dapat digunakan
untuk evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan untuk membantu dalam proses
keputusan memilih tindakan pengendalian erosi. Ini memberikan perkiraan tingkat
keparahan erosi.
3. Erosi sangat menentukan berhasil
tidaknya suatu pengelolaan lahan. Oleh karena itu, erosi merupakan faktor yang
harus dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaannya.
Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam perencanaan penggunaan lahan
adalah model prediksi erosi.
4.
Model merupakan
representasi atau gambaran tentang sistem (systems), obyek atau benda (objects)
dan kejadian (events).
5. Model
erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (a) model empiris, (b)
model fisik, dan (c) model konseptual.
B. Saran
Metode
RUSLE sebaiknya digunakan pada saat evaluasi tapak dan tujuan perencanaan dan
untuk membantu dalam proses keputusan memilih tindakan pengendalian erosi.
DAFTAR
PUSTAKA
Hadiharyanto,S.
2003. Kajian Metode Rusle untuk Menaksir Laju Erosi DAS Embung Banyukuwung di
Kabupaten Rembang. Universitas Diponegoro : Semarang.
Hillel D. 1977. Computer Simulation of Soil
Water Dynamics : A Compendium of Recent Work. IDRC. Ottawa
Lal,
R. 1994. Soil Erosion by Wind and Water: Problem and Prospects.In : R,
Lal(Ed .). Soil/Erosion Research Methods. Soil and Water
ConservationSociety. Florida. p:1-10
Nasution AH dan Barizi. 1980. Metode
Statistik untuk Penarikan Kesimpulan. Gramedia. Jakarta
Nearing,
M.A., L.J. Lane, and V.L. Lopes. 1994. Modelling Soil Erosion. In: Lal,
R.(Ed.). Soil Erosion Methods. Soil and Water Conservation Society. Florida.p: 127-158
Pramono, R.U.
Identifikasi dan analisis faktor penyebab erosi : studi kasus daerah aliran
Ciliwung Hulu. Universitas Indonesia.
Vadari, T, Kasdi
S, dan Nono S. Model Prediksi Erosi : Prinsip, Keunggulan dan Keterbatasan.
Wischmeier. W.H dan Smith D.D (1978)
Predicting Rainfall Erosion Losses a Guide to Conservation Planning.
Wulandari,
I.T. 2007. Analisa Laju Erosi dan Usaha Konservasi Lahan Pada Model DAS Mikro
(MDM) Barek Kisi (Sub DAS Lahar DAS Brantas Tengah Kabupaten Blitar). Fakultas
Teknik : Universitas Brawijaya.